Subscribe to web2feel.com
Subscribe to web2feel.com
Diposting oleh BANGKIT 14 Juli 2009

Oleh: Ahmad Jaelani

Pembahasan tentang ideology mungkin untuk sebagian kalangan akan dinilai sudah biasa atau lumrah, namun untuk sekedar ‘menyegarkan’ bagi yang sudah faham sekaligus juga memberikan ‘tambahan’ ilmu untuk yang belum sempat mengenal, mengetahui, atau belum secara penuh memahaminya, tidak salahnya saya mengulang kembali pembahasan ini.

Hal yang mendorong saya untuk menulis judul ini adalah adanya sebagian orang yang melihat idelogi dengan selintas, atau memahamimya sebatas sebagai sebuah dasar, asas atau landasan semata. Implikasi dari pemahaman seperti ini adalah sikap generalisir terhadap setiap pemikiran yang kemudian dianggap sebagai sebuah ideology bahkan layak disebut ideology. Term – term seperti ideology pancasila, ideology keadilan, ideology nasionalis dan kawan-kawanya menjadi ‘santapan’ telinga kita dalam forum-forum atau pertemuan-pertemuan.

Oleh karena itu, mendesak kiranya kita membahas definisi ideology ini secara komprehensif dengan harapan mudah-mudahan dari pembahasan ini, kita bisa membedakan dan memahami ‘watak’ sebuah ideology sehingga pemilahan pemikiran mana yang layak dimasukan sebagai ideology atau yang tidak menjadi perkara yang tidak musykilah.

Secara etimologis, ideology berasal dari bahasa Greek yaitu idea dan logia. Idea berasal dari idein yang berarti melihat. Sedangkan dalam kamus The advance Learner's Dictionary, idea diartikan dengan something existing in the mind as the result of the formulation of an opinion, a plan or the like. (sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil perumusan sesuatu pemikiran atau rencana). Kata logia mengandung makna ilmu pengetahuan atau teori, sedang kata logis berasal dari kata logos dari kata legein yaitu to speak atau berbicara.

Dalam pandangan lain, Ideology diartikan sebagai kumpulan ide atau gagasan dimana katanya sendiri diciptakan oleh Destertt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan ‘sains tentang ide (Wikipedia.com). Jadi dapat disimpulkan secara bahasa, ideology adalah pengucapan/ pengutaraan apa/ sesuatu yang terumus di dalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran.

Dari tinjauan secara bahasa, maka sah-sah saja jika term-term pemikiran seperti diungkap di atas disebut sebagai ideology, yaitu sebuah pemikiran, teori, atau kumpulan ide/ gagasan. Namun, sebuah istilah tidaklah cukup ditinjau dalam aspek linguistik an sich, harus dijelaskan secara terminologis agar makna yang diingini oleh kata tersebut mencakup apa yang dimaknakan dan menolak segala yang tidak termasuk dari kata tersebut.

Dalam tinjauan terminologis, banyak kalangan yang telah mendefinisikannya, diantaranya; menurut the Webster's new collegiate dictionary: Ideology is Manner or content of thinking characteristic of an individual or class (cara hidup/ tingkah laku atau hasil pemikiran yang menunjukan sifat-sifat tertentu dari seorang individu atau suatu kelas).

Menurut websters students dictionary, ideology adalah ideas characteristic of a school of thinkers a class of society, a plotitical party or the like (watak/ ciri-ciri hasil pemikiran dari pemikiran suatu kelas di dalam masyarakat atau partai politik atau pun lainnya). Destertt de Tracy sendiri mengartikan Ideologi sebagai studi terhadap ide – ide/pemikiran tertentu. (wikipedia.com).

Dalam padanan bahasa Arab, ideology disepadankan dengan al mabda’. Dimana, secara etimologis adalah mashdar mimi dari kata bada’a yabdau bad’an wa mabda’an yang berarti permulaan.

Secara terminologis berarti pemikiran mendasar yang dibangun diatasnya pemikiran-pemikiran (cabang )[dalam Al-Mausu’ah al-Falsafiyah, entry al-Mabda’]. Al-Mabda’ (ideologi) : pemikiran mendasar (fikrah raisiyah) dan patokan asasi (al-qaidah al-asasiyah) tingkah laku. Dari segi logika al-mabda’ adalah pemahaman mendasar dan asas setiap peraturan [lihat catatan tepi kitab Ususun Nahdhah ar-Rasyidah, hal 36]. An-Nabhani mengartikan idelogi atau al mabda’ sebagai ‘aqidah aqliyah yanbatsiqu ‘anha nizham (akidah rasional yang memancarkan system) (an-Nabhani, 2001)

Dengan melihat definisi di atas, ternyata antara ideology dan al mabda merupakan satu makna, yaitu pemikiran mendasar yang rasional atau inti hasil pemikiran manusia yang dibangun di atasnya pemikiran cabang (baca: system kehidupan). Atau dapat juga diartikan sebagai pemikiran mendasar yang dapat memancarkan system sekaligus metode untuk menerapkan, menjaga dan menyebarkannya.

Jadi dari beberapa definisi di atas, ideology ternyata memiliki beberapa ‘watak’, yaitu pertama, dia harus merupakan pemikiran mendasar dan rasional. Kedua, dari pemikiran mendasar ini dia harus bisa memancarkan system untuk mengatur kehidupan. Ketiga, selain kedua hal tadi, dia juga harus memiliki metode praktis bagaimana ideology tersebut bisa diterapkan, dijaga eksistesinya dan disebarkan.

Dari pemaparan tersebut, kita sekarang bisa menilai apakah setiap pemikiran bisa dikatakan sebagai sebuah ideology atau tidak? Standarisasinya adalah, dengan melihat watak-wataknya. Apakah merupakan pemikiran mendasar? Artinya betul-betul pemikiran dasar, tidak ada lagi pemikiran di bawahnya? Apakah memiliki konsep-konsep (system) kehidupan dalam semua aspek: ritual, politik, ekonomi, social, budaya dan lainnya? Sekaligus memiliki metode penerapan, penjagaan dan penyebaran konsep-konsep ideology tersebut? standarisasi ini bisa dilihat dari kitab, buku, literarur, atau sumber-sumber yang dijadikan rujukan oleh pemikiran tersebut dan dari segi realitas implementasi dalam sejarah ataupun masa sekarang.

Jadi tidak semua pemikiran bisa dikatakan ideology. Wallahu’alam